Rabu, 13 Januari 2010

BAGAIMANA MENJADI QORI’ YANG BERKUALITAS




Oleh : Zulfikar Mohammad
Qori’ Nasional tahun 2000
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilun Najah, Watukosek, Pasuruan
Pengasuh H.O.T (house of tilawah al-Qur’an), Sidoarjo


Untuk menjadi seorang Qori’ (pembaca) Al-Qur’an yang baik dan berkualitas, ada beberapa syarat yang harus dikuasai dan dimiliki oleh para Qur’anic Lover’s (pecinta Al-Qur’an). Antara lain :

1. Memiliki niat yang ikhlas dan hanya mengharap ridha Allah SWT semata. Karena niat akan menentukan hasil.
2. Memiliki kemampuan di bidang ilmu Tajwid.
3. Memilki waktu khusus untuk berguru, Musyafahah/Talaqqi kepada guru Al-Qur’an yang Ahli.
4. Selalu “Nderes” ngaji. Atau sering membaca Al-Qur’an secara rutin (istiqomah)
5. Senantiasa berlatih/melatih kembali Maqro’/segala sesuatau yang telah disampaikan oleh Guru secara istiqomah pula. Hal ini juga sebagai media melatih kualitas vokal.
6. Memiliki kemampuan bersuara dari nada rendah hingga nada tinggi secara teratur, bahkan sampai kepada nada yang paling tinggi (jawabul jawab)
7. Mengerti dan memahami makna ayat yang dibaca, sehingga tepat dalam Waqaf dan Ibtida’nya, serta panjang dan pendeknya bacaan.
8. Memiliki dan menguasai Ilmu Nagham, baik secara teori maupun praktek
9. Memiliki mental yang kuat, berani tampil di depan masyarakat luas. Sifat- sifat pemalu, demam panggung, nervous, ndre-deg, wa ‘ala alihi wa sohbih harus dihilangkan. Karena akan sangat mempengaruhi bacaan.
10. Memiliki ketahanan nafas yang terkendali. Karena sangat dilarang keras jika suka curi-curi nafas saat membaca Al-Qur’an.
11. Memiliki kesehatan Jasmani dan Rohani.
12. Mengamalkan Akhlaqul Qur’an.

Demikian beberapa syarat yang bisa kami sampaikan. Semoga ada barokah, guna, dan manfaatnya. Amin.
Wllahu A’lam bis Showab

Selasa, 12 Januari 2010

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU NAGHOM AL-QUR’AN (SENI BACA ALQUR’AN)




Menurut Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisanul ‘Arab jus 19 halaman 376, bahwa dari segi sejarahnya asal mula lagu Al-Qur’an ada dua pendapat.

Pendapat yang pertama mengatakan bahwa lagu Al-Qur’an itu bersal dari nyanyian budak-budak kafir yang tertawan ketika perang melawan kaum Muslimin.

Pendapat kedua mengatakan bahwa lagu Al-Qur’an itu berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab. Selanjutnya nyanyian bangsa Arab tersebut digunakan untuk melagukan Al-Qur’an. Sampai di sini terjadi kekaburan tentang siapa yang yang memindahkan nyanyian tersebut kapada melagukan Al-Qur’an. Dengan demikian terdapat dua persoalan dalam sejarah lagu Al-Qur’an. Pertama adalah tentang asal mula lagu Al-Qur’an, dan yang kedua tentang orang pertama yang memindahkan nyanyian itu menjadi lagu Al-Qur’an.

Kalau memang betul bahwa lagu Al-Qur’an itu berasal dari nyanyian, maka tentu dapat dirumuskan. Hal ini diakui kebenarannya oleh sebagian besar para musisi, tetapi tidak semua lagu dapat dirumuskan ke dalam not balok, termasuk lagu-lagu Al-Qur’an. Hal ini disebabakan karena dalam lagu Al-Qur’an terlalu banyak pecahan suaranya.

Muchsin Alatas misalnya, beliau mengatakan bahwa not balok tidak dapat membantu dengan sempurna untuk mempelajari lagu-lagu Al-Qur’an, karena lagu-lagu Al-Qur’an mengandung perasaan yang sangat dalam.. Begitu juga dengan Anis Shahab, salah satu vokalis group musik gambus La Tansa juga mengatakan hal yang sama.

Sedangkan menurut KH. Mukhtar Luthfi Al-Anshori, mengatakan bahwa lagu-lagu Al-Qur’an tidak dapat dirumuskan ke dalam not balok karena lagu-lagu Al-Qur’an bersumber pada perasaan dan dibantu oleh alat musik biola (penataran Dewan Hakim MTQ DKI 1981).

Rosulullah Muhammad SAW adlah seorang Qori’ yang mampu mendengungkan suaranya tatkala membaca Al-Qur’an. Suatu ketika Beliau pernah mendengungkan suaranya dengan lagu dan irama yang sangat memukau kasyarakat ketika itu. Abdullah bin Mughaffal menggambarkan suaranya menggelegar, bergelombang, dan berirama sangat indah sehingga unta yang dinaikinya terperanjat (salah satu ayat yang dibaca adalah surat Al-Fath).

Di kalangan para sahabat ada juga Qori’ kenamaan kesayangan Rosulullah SAW, yaitu Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa Al-Asy’ary. Hal ini dapat dibuktikan dengan sabda Beliau :

Abdullah bin Mas’ud berkata, Rosulullah SAW bersabda : “Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku”, lalu Ibnu Mas’ud menjawab,”Apakah saya juga harus membacakan, sedangkan Al-Qur’an itu diturunkan kepadamu?”,Rosulullah menjawab, “Ya”, Lalu aku (Abdullah bin Mas’ud) membaca surat An-Nisa’ , sehingga setelah selesai pada ayat fakaifa idza ji’na min kulli bisyahidin wa ji’na bika ‘ala haa’ulaai syahiida Beliau berkata “Cukup,sampai disini saja”. Kemudian saya menoleh kepadanya, tiba-tiba matanya bercucuran air mata.

Dan sabda Beliau :

Dari Abi Nusa, dari Ayahnya berkata, pada suatu ketika Rosulullah SAW berkata kepada Abu Musa, “Wahai Abu Musa, semalam aku telah mendengarkan bacaan Al-Qur’anmu”, kemudian aku (Abu Musa) menjawab : “Demi Allah andaikata aku tahu bahwa engkau mendengarkan bacaan Al-Qur’an itu, niscaya akan aku bagyskan lagi bacaan Al-Qur’anku.” Imam muslim yang meriwayatkan dari Tholhah menambahkan “Sesungguhnya engkau telah di anugerahi sulin (suara yang bagus) dari keluarga Nabi Daud AS.

Beberapa hadits diatas menunjukkan bahwa betapa indahnya pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, baik dari segi lagu maupun artinya. Begitu juga terhadap kedua sahabat yang begitu bagus bacaannya.

Hal yang demikian ini menunjukkan bahwa sejak zaman Nabi SAW dan sahabat, membaca Al-Qur’an dengan lagu yang merdu sudah ada dan bahkan dianjurkan oleh Nabi. Pada masa Tabi’in banyak juga Qori’-qori’ yang mampu memukau ummat pada masa itu. Namun sampai periode ini masih kabur tentang nama-nama lagu-lagu yang didengungkan pada saat itu. Kekaburan itu tetap menjadi tantangan sampai saat ini. Di antara Tabi’in yang termasuk Qori’ adalah Umar bin ‘Azis. Hal ini dikatakan oleh Ibnu Musayyab dalam kitab Al-Ghoyah Wan Nihayah. Selain itu ada Safir Al-Alusi (314 H), dia terkenal sebagai Qori’ yang cerdas dan dermawan.

Adapun Qori’-qori’ dari kalangan Tabi’it tabi’in, antara lain Abdullah bin Ali bin Abdillah Al-Baghdadi. Ditegaskan oleh Ibnu Jauziq, bahwa ia termasuk Qori’ yang tidak ada tandingannya pada masa itu, baik suara maupun lagunya.

Selain itu ada pula Kholid bin Utsman bin Abd Rohman (715 H0. Dikatakan oleh Sahlawi bahwa dia termasuk Qori’ yang tiada tandingannya ketika melagukannya diatas panggung. Selain itu ada Qori’ yang tidak kalah hebatnya apabila dibandingkan dengan para Qori’ tersebut.

Demikian sekelumit tentang sejarah perkembangan lagu Al-Qur’an semenjak zaman Rosulullah SAW sampai pada Tabi’in dan Tabi’it tabi’in.
Wallahu A’lam bish-Showab… (zul)

HUKUM MELAGUKAN AL-QUR’AN


Melagukan Al-Qur’an tidak terlepas dari ilmu dan adab membaca Al-Qur’an yang disebut dengan “Ilmu Tajwid”. Di dalam ilmu Tajwid itulah akan kita jumpai beberapa bacaan yang mengandung Mad (panjang), baik panjang bacaan maupun panjang yang disebabkan oleh ghunnah, ikhfa’, iqlab, idghom dan lain sebagainya. Membaca Al-Qur’an bisa dengan suara keras (jahr), bisa juga dengan suara pelan (sirr), dan bahkan bisa pula dibaca di dalam hati.

Untuk membaca Al-Qur’an dengan jahr (suara keras), disunnahkan oleh Rosulullah SAW agar dibaca dengan bagus.

Bagus disini memiliki banyak arti :
1. Bagus bacaannya
2. Bagus Tajwidnya
3. Bagus suaranya
4. Bagus lagu dan variasinya
5. Bagus pengaturan nafasnya
6. bagus penghayatannya, dsb

Membaca Al-Qur’an dengan bagus sesuai dengan enam komponen tersebut diatas adalah bacaan yang Mujawwad dan Tartil. Dalam hal ini Allah SWT telah menegaskan didalam Al-Qur’an yang artinya :

“Bacalah Al-Qur’an itu dengan setartil-tartilnya”. (QS Al-Muzammil 4)

“Dan kami membaca Al-Qur’an dengan setartil-tartilnya”. (QS Al-Furqon 32)

Kemudian muncul sebuah pertanyaan, Apakah yang dimaksud dengan Tartil?
Pada masa sahabat Rosulullah SAW, Sayyidina ‘Ali Karromallahu Wajhah memberikan penjelasan bahwa :

“Tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan mengerti mengenai berhentinya bacaan”.

Penjelasan Sayyidina Ali RA tersebut telah jelas, bahwa tartil adalah bacaan yang membaguskan huruf-hurufnya. Sebab, membaca Al-Qur’an tanpa menjaga keindahan bacaan huruf-hurufnya, akan besar kemungkinan merusak makna dan ayat yang dibaca. Tersirat di dalam memperbagus huruf, agar jangan salah makna. Sebab akan didengarkan oleh Allah SWT, dan oleh manusia yang ada di sekitarnya, berarti disini ada unsur Suara, dalam Hal ini Rosulullah SAW bersabda yang artinya

“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu, karena suara yang merdu menambah keindahan Al-Qur’an” (HR. Ad-Darimy)
Dari Al-Barra’ bin ‘Azib RA, ia berkata : telah bersabda Rosulullah SAW : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’I dan lain-lainnya)

Disini telah jelas bahwa ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits menganjurkan untuk membaguskan bacaan Al-Qur’an. Bahkan membawakannya harus dengan suara yang merdu, dan berirama . Sebab akan menambah nilai keindahan Al-Qur’an.

Berbicara tentang irama, maka sudah pasti ada lagu di dalamnya. Dalam istilah Arab, lagu identik dengan Ghina’ atau Yataghonna, yang artinya menyanyi/berlagu/berseni. Rosulullah SAW menganjurkan di dalam haditsnya yang artinya :

“Bukanlah termasuk golonganku, barang siapa yang tidak melagukan Al-Qur’an”

Bahkan juga dianjurkan oleh Nabi SAW, agar suara dan lagunya sesuai dengan bentuk Lahjah (dialek) ‘Araby, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitabnya Muwatta’ dan Imam An-Nasa’I dalam sunan-nya dari Hudzaifah, dari Rosulullah bersabda :

“Bacalah Al-Qur’an dengan luhun (lagu) dan bentuk suara Arab”

Dengan demikian melagukan Al-Qur’an adalah anjuran Allah SWT dan Rosulullah SAW.

Al-Imam Al-Karmany mengatakan bahwa membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an Sunnah hukumnya, sepanjang tidak menyalahi kaidah-kaidah ilmu Tajwid. Demikian pula meresapi maknanya sehingga mempengaruhi jiwanya menjadi sedih atau senang. Kemudian para ‘Ulama’ mengulas sebagaimana yang telah dikatakan oleh Sayyidina ‘Ali RA dan sepakat bahwa membaca Al-Qur’an disertai dengan Tajwid adalah Wajib hukumnya.

Imam Ibnul Jazary juga mengatakan bahwa bacaan yang dapat memukau pendengarnya dan dapat melunakkan hati adalah bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar, bertajwid dan berirama yang merdu. Namun walaupun gaya, lagu dan suaranya merdu tetapi tidak memperhatikan kaidah-kaidah ilmu Tajwidnya, Ahkamul huruf, Makhaarijul huruf dan Sifatul hurufnya maka hukumnya adalah Haram dan berdosa .

Melaksanakan Tajwid dalam membaca Al-Qur’an adalah suatu keharusan,
Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an tanpa Tajwid berdosa hukumnya,
Karena Al-Qur’an diturunkan Allah sekaligus disertai dengan Tajwidnya

Bacaan dengan bertajwid adalah suatu batasan yang tepat. Sebab membaca Al-Qur’an dengan suara yang bagus, lagu yang indah, nafas yang memadai, akan tetapi tidak disertai dengan Tajwidnya, hanya sekedar ingin menarik perhatian dan ingin dikagumi oleh pendengarnya saja adalah sangat Dilarang Keras…

Dalam salah satu hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dan Imam Al-Baihaqi dinyatakan :

“Bacalah Al-Qur’an itu dengan Luhun ‘Arab (cara membaca yang baik daripada orang Arab) dan cara-cara mereka dalam menyuarakannya. Jauhilah gaya lagu golongan orang fasiq dan berhati-hatilah dari gaya lagu ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). Sesungguhnya nanti akan dating beberapa kaum yang mengulang-ulang bacaan Al-Qur’annya hanya karena lagu seperti yang telah dilakukan oleh para Rahib, seolah-olah mereka bukan membaca Al-Qur’an, apa yang mereka baca tidak membekas pada diri mereka, pengagum-pengagum hanya diselimuti fitnah belaka.”

PENGERTIAN ILMU NAGHOM (SENI BACA AL-QUR’AN)


Naghom adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang artinya lagu/irama. Populernya istilah Naghom berasal dari para Qori’/ para Syech/ dari Mesir yang pernah mengajarkan ilmunya di Indonesia pada tahun 1973.

Kata naghom yang akhirnya kemudian dirangkai dengan Al-Qur’an menjadi Naghom Al-Qur’an yang artinya melagukan Al-Qur’an, bisa juga disebut dengan Tahsin As-Shout dalam membaca Al-Qur’an (membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an). Naghom adalah khusus untuk tilawah Al-Qur’an, kemudian di Indonesia terkenal dengan sebutan Seni Baca Al-Qur’an

Kata Naghom memiliki arti yang sama dengan kata Talhin atau Lahn dan Taronnum atau Tarnim yang dalam bahasa Arab disebut dengan Murodif atau Sinonim. Namun ketiga istilah ini (naghom, talhin, dan taronnum) sama-sama menunjukkan vocal suara yang bernada seni yang indah dan sama-sama digunakan untuk istilah “Seni Baca Al-Qur’an”, seperti sebutan Naghom Al-Qur’an, Talhin Al-Qur’an, dan Taronnum Al-Qur’an.

Dalam hal ini para pakar Dzawil Ashwat (memiliki suara indah) seperti Abduh As-Shu’udi,Azro’I Abd Rouf dan Mukhtar Luthfi Al-Anshory mempertegas pengertian istilah-istilah tersebut, yaitu :
1. Naghom, ialah vocal suara indah tunggal (tanpa diiringi alat musik), dan tidak terikat dengan not balok serta khusus dipergunakan untuk Tazyin As-Shout bi tilawah Al-Qur’an
2. Talhin, yaitu vocal suara indah dan tunggal yang “arobiyy Al-Qur’an, namun ada yang terkait dengan not balok, sehingga dipergunakan juga untuk selain Al-Qur’an, seperti Qoshidah, Nasyid dan lain-lain.
3. Taronnum, ialah vocal suara indah Al-Qur’an, namun suara ini ada juga yang mempergunakan alat musik, sehingga banyak terkait dengan not balok. Di sinilah timbul istilah Tawsyich bagi orang yang mempelajari Seni Baca Al-Qur’an (taronnum Al-Qur’an), karena kebanyakan tawsyich itu terikat dengan not-not yang telah tersusun..

Naghom adalah program materi tilawah bagi para Dzawil Ashwat. Sedangkan Tilawah adalah merupakan program utama dan menjadi ciri khas Komunitas H.O.T. (house of tilawah al-Qur’an) yaiyu program pelatihan khusus membentuk santri/para peserta kursus naghom menjadi seorang Qori’ yang mampu membaca Al-Qur’an dengan lagu dan irama yang baik dan benar.

Adapun arti Seni adalah sebagian dari rasa indah yang lahir dari dalam rohani manusia. Manusia dapat menciptakan sesuatu karena kemauan, dan kemauan itu timbul karena daya paduan antara rasa rohaniyah manusia dan pikirannya sebagaimana disebutkan dalam ilmu jiwa. Ilmu jiwa membagi rasa dalam dua bagian yaitu, rasa indera dan rasa rohani. Sedangkan rasa rohani terbagi lagi dalam rasa agama, rasa etika, rasa estetika, rasa intelek, rasa rasional, dan rasa diri sendiri.

Dalam pembagian diatas kita dapati bahwa ahli ilmu jiwa meninjau pembagiaannya yang ada pada diri manusia dari segi rasa, rasa indera, dan rasa rohaniah. Golongan filsafat menyatakan bahwa diri manusia itu terdiri dari kepribadian. Kepribadian adalah kualitas keseluruhan dari diri seseorang, baik rasa, karsa maupun cipta yang mencakup segala hal yang menjadi tenaga pendorong, seperti hasrat, kemauan, rasa dan segala hal yang ada hubungannya dengan persoalan-persoalan yang bersifat keharuan, baik senang maupun susah.

Selanjutnya cipta merupakan kegiatan yang ditimbulkan oleh kekuatan akal pikiran dalam mengadakan sesuatu. Kalau kita perhatikan, pada hakekatnya pendapat tersebut banyak persamaannya. Yaitu bahwa diri manusia dihiasi oleh sifat-sifat seni, karena pada diri manusia ada sifat menyenangi dan haru terhadap sesuatu yang indah. Hal ini sudah menjadi instink yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, sesuai dengan firman-Nya :

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaa kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, sawah lading, itulah kesenangan di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” QS Ali Imron 14

Demikianlah sekilas info tentang pengertian seni di dalam Al-Qur’an.
Wallahu A’lam bish-Showab.. (zul)

House Of Tilawah Al-Qur'an


Assalamu’alaikum, Wr, Wb

Wahai saudaraku Pecinta Al-Qur'an...
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan seluruh Alam semesta.

Sholawat serta Salam senantiasa tercurah kepada Junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.

Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan-Nya.

Salam kenal untuk semua…
House Of Tilawah-alQur’an ( H.O.T )
Dinamakan demikian karena H.O.T adalah sebuah "Gubug" sederhana sebagai markas tempat nongkrong para Qurro' dan sekaligus tempat Pembinaan Seni Baca Al-Qur’an, yang berada di Komplek Perumahan Sekardangan Jl Rambutan 28, Sidoarjo-Jawa Timur-Indonesia.

Berawal dari Pembinaan Seni Baca Al-Qur’an rutin (sekali dalam seminggu) yang diadakan oleh Tim Divisi Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an Pondok Pesantren “Sabilun Najah”, Watukosek, Pasuruan-Jawa Timur, semenjak tahun 1996.

Seiring dengan perkembangan para santri, maka dibuka pula cabang pembinaan di wilayah Kabupaten Sidoarjo, yang dimulai sejak tahun 2002 hingga sekarang.

Para Qurro' datang dari berbagai daerah di Jawa dan Luar Jawa
Bahkan,pernah ada pula yang datang dari Negeri tetangga seperti Malaysia,Singapore dan Australia.

Alhamdulillah...

Oleh karena itu kepada segenap saudara-saudara Moslem Pecinta Al-Qur'an di manapun berada,kami mohon do'a restunya..
Dengan harapan semoga Allah SWT tak henti melimpahkan hidayah dan barokah-Nya, agar H.O.T senantiasa Istiqomah dalam rangka Syi’ar Agama Islam dengan membentuk The Qur’anic Generation yang berprestasi dunia & akhirat dan Anfa’uhum lin Naas.
Amin...

Dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat, Nikmat, Anugerah dan Karunia-Nya kepada kita semua serta Hasanah Fid Dunya wa Hasanah Fil Akhiroh..
Amin...


Wassalamu’alaikum, Wr, Wb

Jumat, 25 Desember 2009

House Of Tilawah


Assalam Alaikum, Wr, Wb

Praise belongs only to Allah, Lord of the universe.

Sholawat and Salam be upon the Master always us, the Great Prophet Muhammad.

May we all always in His protection.

Salam kenal for all ... I hope this Weblog presence there Barokah, Use and Benefits for all of us in the context of Islamic Syiar ..

Apologize in advance, you may be wondering why the title is the words "hot"? whether it contains something "hot"? then what to do with Recitations?

HOT stands for House Of Recitations-Qur'an. So called because HOT is a residence that once the Development of Art Read the Qur'an, which was in Sekardangan Housing Complex Jl Rambutan 28, Sidoarjo, East Java.

Beginning of Guidance Art Read the Qur'an regularly (once a week) are held by the Arts Development Division Team Read Al-Quran Pondok Pesantren "Sabilun Najah", Watukosek, Pasuruan, East Java, since 1996.

Along with the development of the students, it also opened a branch in the development of Sidoarjo Regency, which started since 2002 until now.

May God always bestow so HOT barokahnya Istiqomah always in the context of Islamic Syi'ar by forming The Qur'anic Generation achievers of the world & the Hereafter and Anfa'uhum lin Naas. Amen


 

House Of Tilawah Al-Qur'an Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Designed by House Of Tilawah